Kamis, 28 Januari 2010

Percaya Ngga Percaya... Tuhan Selalu Percaya Pada Anda


Setiap orang ingin dipercaya. Pasti Anda bahagia ketika keluarga Anda atau orang yang Anda kasihi mempercayai kemampuan Anda dalam mencapai kesuksesan. Anda mungkin terkadang bahkan tidak percaya pada diri Anda sendiri, namun ketika Anda berada di tengah-tengah orang yang memiliki keyakinan pada diri Anda, maka seakan-akan Anda menarik kepercayaan itu dan mendapatkan kekuatan. Itulah mengapa penting untuk mengelilingi diri Anda dengan orang-orang yang tepat.
Mungkin Anda pernah mendengar tentang petinju dunia yang terkenal, Muhammad Ali dan pelatihnya, Angelo Dundee. Tetapi tidak banyak orang yang tahu tentang ritual yang dilakukan Dundee tiap kali Ali akan naik ke atas ring tinju. Sebelum Ali naik ring untuk bertinju, Dundee akan menulis sebuah angka di secarik kertas dan menyelipkannya di sarung tinju Muhammad Ali. Apa yang dilakukan Dundee bukanlah tanpa alasan. Angka yang ia tulis di secarik kertas itu adalah ramalannya tentang di ronde berapa Ali akan merobohkan lawannya. Dundee mempercayai kemampuan Ali sedemikian besarnya dan Ali tahu akan hal itu.
Kepercayaan Dundee memberikan dampak yang sangat besar bagi keberhasilan Muhammad Ali. Tanpa kepercayaan itu, tidak akan pernah ada "juara" dunia tinju.
Tahukah Anda, ada seseorang yang menaruh kepercayaan yang begitu besar pada diri Anda dalam mencapai kesuksesan dalam hidup ini? Tuhan, dia sangat mempercayai Anda. Bahkan ketika Anda tidak yakin, ataupun tidak seorangpun mempercayai Anda. Biarkan hal ini memenuhi hati dan pikiran Anda hari ini : Allah yang menciptakan alam semesta memiliki keyakinan kepada diri Anda karena Dia tahu hanya masalah waktu bagi Anda untuk dapat meraih kemenangan dan hal-hal besar yang telah Dia sediakan bagi Anda.
Anda bisa...! Percayalah... Tuhan yang berkata demikian...

Sumber : www.jawaban.com

Kamis, 14 Januari 2010

Rantai Kasih

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini.. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.
Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson."
Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan .

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu:
"Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu..'"

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"

Ada pepatah lama yang berkata, "Berilah maka engkau diberi." Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja! Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. Tuhan memberkati anda!

Yuks, kita bagikan kebaikan hari ini pada 1 orang saja, semoga rantai ini tidak akan pernah terputus. percayalah, energi positif itu sifatnya menular.

Celana Yang Basah


Doni, seorang anak laki-laki kecil berusia 9 tahun, sedang duduk di bangku kelasnya ketika tiba-tiba celananya menjadi basah dan sebuah genangan air ada di antara kakinya. Doni berpikir jantungnya akan berhenti karena dia tidak pernah membayangkan hal ini. Sebelumnya dia belum pernah mengompol dan dia tahu jika teman-temannya tahu dia akan menjadi bahan ejekan teman-temannya seumur hidupnya.
Menyadari keadaannya, Doni mulai menundukkan kepalanya dan berdoa kepada Tuhan,"Tuhan Yesus, sekarang aku berada dalam keadaan darurat. Aku memerlukan bantuan-Mu karena lima menit dari sekarang aku akan menjadi bahan tertawaan teman-temanku.Amin."
Setelah selesai berdoa, dia mengangkat mukanya dan melihat ibu guru sedang memperhatikannya. Ketika bu guru mulai mendekatinya, seorang temannya yang bernama Susie membawa sebuah akuarium ikan emas bulat yang berisi air. Susie berjalan di depan bu guru dan secara sengaja menumpahkannya di atas pangkuan Doni. Doni menjadi marah meskipun dalam hatinya dia berteriak,"Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan!"
Dengan sekejap hal yang harusnya memalukan berubah menjadi simpati. Bu guru segera mengangkatnya dan memberinya celana yang lain sementara celana basahnya dijemur. Teman-temannya bersama mulai mengepel lantai di bawah bangkunya. Sebuah simpati yang luar biasa, bukan? Namun ejekan yang harusnya diterima Doni justru diterima oleh Susie.
Dia mencoba untuk membantu, namun teman-temannya justru menyuruhnya keluar sambil berkata,"Kamu tidak usah membantu, dasar bodoh!"
Suatu hari, ketika mereka bersama-sama menunggu bis jemputan, Doni mendekati Susie dan berkata,"Kamu sengaja melakukannya, bukan?" dan Susie membalas dengan berkata," Aku juga pernah mengompol di kelas kok."
Di kayu salib, Tuhan Yesus juga sudah mengambil semua penghinaan yang harusnya kita tanggung dan memberi kita kasih karunia yang besar. Tuhan yang turut merasakan penderitaan kita sehingga Dia mampu menolong kehidupan kita.


Sumber: spiritual short.stories.com / www.jawaban.com